Eksplorasi Rasa: Dari Nostalgia Hindia hingga Deretan Album Terbaik 2025
Musik selalu menjadi media paling jujur untuk merekam jejak kehidupan, baik itu berupa penyesalan masa lalu maupun perayaan atas karya-karya baru yang mendefinisikan zaman. Fenomena ini terlihat jelas dari bagaimana musisi lokal Hindia merangkai memori personalnya, yang secara tematik selaras dengan antusiasme global dalam menyambut rilisan album terbaik tahun 2025.
Sebuah Ode untuk Masa Lalu dan Sosok Ibu
Lagu “Rumah Ke Rumah” yang dipopulerkan oleh Hindia dan diciptakan bersama Rayhan Noor, tetap menjadi salah satu singel paling emosional dari album Menari dengan Bayangan. Dirilis pada akhir November 2019, lagu ini bukan sekadar susunan nada, melainkan sebuah pengakuan dosa dan surat cinta yang terbuka.
Dalam liriknya, Hindia secara gamblang menumpahkan penyesalan yang tak sempat terucap. Ia mengenang cinta monyetnya bersama Kanya dan Rebecca, seraya mendoakan kabar baik bagi mereka di sana. Tak berhenti di situ, narasi berlanjut pada fase kehidupan saat bersama Thanya dan Saphira, di mana ia menyadari bahwa perpisahan mungkin adalah jalan terbaik meski kesalahan tak sepenuhnya ada pada satu pihak.
Lagu ini seolah menjadi jurnal perjalanan kedewasaan. Ada permintaan maaf tulus yang dialamatkan kepada Sharfina, serta harapan agar mimpi-mimpinya yang mulia dapat terwujud. Hindia juga menyebutkan deretan perempuan terkuat dalam hidupnya—Indisya, Panda, Anggra, Caca, dan Sismita—yang ia dukung penuh untuk menerjang apa pun tujuan mereka. Kehadiran Meidiana juga dicatat sebagai sosok yang datang saat kegelapan hati merekah, sebuah hubungan yang diharapkan bertahan lama.
Namun, muara dari segala pengembaraan “pindah berkala dari rumah ke rumah” ini adalah sosok Amalia. Sang Bunda digambarkan sebagai rumah sesungguhnya, tempat ia berserah dan bercerita tanpa takut dihakimi. Hindia menegaskan, jika namanya kelak dicatat dalam sejarah, dunia tak boleh lupa bahwa ibunyalah alasan di balik itu semua.
Suara Pendengar: Album Terbaik Tahun 2025
Semangat untuk mencatat sejarah lewat musik, seperti yang didengungkan Hindia, juga terasa kental di kancah internasional tahun ini. Program All Songs Considered baru saja merampungkan jajak pendapat masif untuk menentukan album favorit pendengar sepanjang tahun 2025.
Dipandu oleh Robin Hilton dan kritikus musik NPR, Sheldon Pearce, hasil tabulasi suara ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan selera publik yang beragam. Bagi mereka yang menyukai drama dan diskusi mendalam, episode podcast terbaru mereka telah mengupas tuntas 10 besar album tersebut. Namun, bagi Anda yang menginginkan rangkuman cepat, daftar 50 album terbaik tahun ini menyajikan kejutan yang menarik.
Puncak Kreativitas Musisi Dunia
Tahun 2025 menjadi tahun yang eklektik. Di posisi puncak, Rosalía berhasil menyihir dunia lewat albumnya, LUX, yang menduduki peringkat pertama. Ia disusul oleh Geese dengan Getting Killed di posisi kedua, dan bintang reggaeton Bad Bunny yang mengamankan posisi ketiga lewat album DeBÍ TiRAR MáS FOToS.
Persaingan di papan atas sangat ketat. Lady Gaga kembali mengguncang industri dengan album MAYHEM di posisi keempat, sementara band indie rock Wednesday menutup lima besar dengan Bleeds. Duo Wet Leg juga masih menunjukkan taringnya di posisi keenam lewat moisturizer, diikuti oleh kembalinya Clipse dengan tajuk religius Let God Sort Em Out.
Menariknya, nama-nama besar masih mendominasi sepuluh besar. Hayley Williams membawa narasi Ego Death at a Bachelorette Party ke peringkat delapan, tepat di atas Taylor Swift yang kali ini mengeksplorasi tema The Life of a Showgirl. Bon Iver melengkapi daftar elite ini di posisi sepuluh dengan karya bertajuk SABLE, fABLE.
Ragam Genre di Papan Tengah
Daftar ini juga menyoroti keragaman genre yang luar biasa. Sabrina Carpenter (11) dan Florence and the Machine (13) tetap konsisten dengan basis penggemar mereka. Kejutan datang dari Lorde lewat album Virgin di posisi 14, serta Lucy Dacus dan Turnstile yang masing-masing mengamankan posisi 15 dan 16.
Eksperimen bunyi juga mendapat tempat, terlihat dari masuknya FKA Twigs dengan EUSEXUA (17) dan Tame Impala lewat Deadbeat (22). Sementara itu, Tyler, The Creator terus berinovasi melalui Don’t Tap the Glass di peringkat 20. Musisi indie seperti Big Thief, The Beths, dan Japanese Breakfast juga tetap relevan, bersanding dengan nama-nama seperti Jason Isbell dan Tyler Childers yang mewakili spektrum roots dan country.
Mulai dari posisi 30 hingga 50, kita melihat perpaduan antara pendatang baru dan veteran. Ada Dijon, Ethel Cain, hingga penampilan Jeff Tweedy di peringkat 40. Posisi buncit namun terhormat diisi oleh legenda Britpop, Pulp, dengan album More di urutan 50, membuktikan bahwa daya tarik mereka tak lekang oleh waktu.
Daftar panjang ini, sama halnya dengan lagu Hindia, adalah bukti bahwa musik akan terus menjadi “rumah” bagi para pendengarnya—tempat kita merayakan pertemuan, perpisahan, dan segala rasa di antaranya.